Kamis, 27 November 2014

Awan esok hari

Belajar melangkah kau letakan kakiku berjarak dengan tubuhku yang lama mengendur
kau pisahkan jiwaku melebur bersama hidup yang tak terduga datangnya darimana.
sampai datang masa kau berjalan hilang dibalik awan, dan aku merengkuk disela lengan,
bersandar pada tanah seraya bergumam entah apa

Salahmu, satu kata yang takan mengihiasi bibirku
aku hanya lupa hidup sebelumnya, akan kucoba mengingat hingga matahari menggelitik esok hari

sampai lupa.

Jumat, 14 November 2014

Lagu tidur

Jendela kamar masih terbuka, menyibukan malamku dengan not baru yang menggantikan playlist terakhir. selain karena telinga ku yang haus untuk mendengar, lagu mendayu juga membuat isi kepalaku sibuk mengevaluasi hari demi hari yang sudah kutinggalkan dibelakang sana. tidak baik untuk jiwa memang, entah lah, mungkin aku akan terus mendengar "lagu tidur" sampai aku menemukan sesuatu yang dapat membuatku bergairah mendengar alunan ber-tempo lebih segar dari ini.

Sampai akhirnya peluh mengental di sela dada dan melembabkan ujung mataku, semua masih tetap sama. Diam dalam ruang yang kuperkecil kemudian mendanga berharap isi kepalaku permisi sebentar saja. Semua masih tetap sama.

Sudut dunia mana yang tak mampu disyukuri, entah kurang memberi nilai pada tiap langkah atau memang kaki ku berada jauh di dalamnya hingga tak mampu mengapung sedikit untuk mengintip keluar sana. tuhan memang maha adil, hanya jiwa ini yang tak pernah cukup.

lagu mendayu, iringi dunia keluar dari kepalaku.

Huge hug, me.

Senin, 10 November 2014

Rasa Kopi

Belum kering cat kuku ku hingga akhirnya pesanan kesekian datang, kopinya tetap tidak enak biar berapa kali ku jelaskan kepada mereka takaran nya. Hari ini mendung, hujan sepertinya sedang malu malu, angin tak juga ada, hanya semilir bau aspal yang mulai lembab masuk ke celah celah warung kopi.

Sudah 4 jam aku disini, menyelesaikan yang harus aku selesaikan dengan layar dan keyboard yang kian terasa berat untuk dibawa kemana mana sambil mengepulkan asap yang tak lagi berpengaruh akan rasa tenang. Ingat lagu mendayu yang terus ku putar? masih sama, ku ulang sampai mungkin telingaku tak sadar kapan lagu ini mulai dan berakhir. Mulailah menggelinding adegan adegan di dalam kepala ku, menggambarkan apa yang berusaha aku lupakan selama beberapa jam tadi.

Kadang berfikir membuatku lagi lagi mual, mengecap sendok demi sendok kopi hambar justru membuat mualku semakin tak tertahan. Sampai dititik hayal, tergambar jelas betapa biru di dalam rusuku, membungkus paru dan lambungku hingga terasa sesak menyatu. dasar si bodoh yang terus berpura pura.

Usia ini sebentar lagi berubah menjadi angka 1 di belakang 2, lupa rasanya bentuku beberapa tahun lalu, membayangkannya saja sulit. entah kapan kabut biru yang menguap di tiap sela kulit ku masuk dan berdiam disana, hingga akhirnya nyaman menjadi bagain kabut biru.

Mungkin aku harus lebih memilih apa yang kutelan setelah ini.

Huge hug, me.

Jumat, 07 November 2014

Tembok rahasia

Kabut asap diruangan ini mulai membuatku mual, tumpukan baju kotor mengelilingi setiap sudut kamar, berbagai benda asing berdebu menumpuk dari beberapa minggu lalu, mereka masih betah menjadi pajangan yang menggambarkan betapa planningku merapihkan semua ini hanyalah wacana.

Aku tertegun sambil bersandar pada ujung kasur, mendengarkan lagu mendayu yang kuputar entah berapa kali hari ini, aku mulai memandang langit langit kamarku yang sudah tak putih lagi, menerawang kira kira apa yang ada dibalik sana. Apa kamu pernah mendengar kata kata "tak akan ada yang tahu esok akan seperti apa". sama seperti aktifitasku saat ini, memangdangi atap yang jelas aku takan tau ada apa dibaliknya, aku tak cukup tinggi untuk membobol lapisan putih itu, tak cukup kuat pula biarpun berusaha.

Sambil bergumam mengulang lirik yang sama kantuk pun memberi lambaian di pelupuk mata, tak ingin rasa menghentikan hayalan yang sedang ramai berbincang di dalam kepalaku, hingga akhirnya aku tertidur. Selalu begitu, masa depan membuatku mengantuk.

Huge hug, me.