Senin, 10 November 2014

Rasa Kopi

Belum kering cat kuku ku hingga akhirnya pesanan kesekian datang, kopinya tetap tidak enak biar berapa kali ku jelaskan kepada mereka takaran nya. Hari ini mendung, hujan sepertinya sedang malu malu, angin tak juga ada, hanya semilir bau aspal yang mulai lembab masuk ke celah celah warung kopi.

Sudah 4 jam aku disini, menyelesaikan yang harus aku selesaikan dengan layar dan keyboard yang kian terasa berat untuk dibawa kemana mana sambil mengepulkan asap yang tak lagi berpengaruh akan rasa tenang. Ingat lagu mendayu yang terus ku putar? masih sama, ku ulang sampai mungkin telingaku tak sadar kapan lagu ini mulai dan berakhir. Mulailah menggelinding adegan adegan di dalam kepala ku, menggambarkan apa yang berusaha aku lupakan selama beberapa jam tadi.

Kadang berfikir membuatku lagi lagi mual, mengecap sendok demi sendok kopi hambar justru membuat mualku semakin tak tertahan. Sampai dititik hayal, tergambar jelas betapa biru di dalam rusuku, membungkus paru dan lambungku hingga terasa sesak menyatu. dasar si bodoh yang terus berpura pura.

Usia ini sebentar lagi berubah menjadi angka 1 di belakang 2, lupa rasanya bentuku beberapa tahun lalu, membayangkannya saja sulit. entah kapan kabut biru yang menguap di tiap sela kulit ku masuk dan berdiam disana, hingga akhirnya nyaman menjadi bagain kabut biru.

Mungkin aku harus lebih memilih apa yang kutelan setelah ini.

Huge hug, me.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar